Rabu, 09 November 2011

Reproduksi Jelarang (Ratufa bicolor) dan Anis kembang


post by: Debora Fretty Marpaung
4.1. Jelarang (Ratufa bicolor)
Jelarang (Ratufa bicolor) bajing raksasa4.1.1 Takonomi
Kerajaan          : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Mammalia
Ordo                : Rodentia
Famili              : Sciuridae                                                                           
Genus              : Ratufa
 Spesies           : Ratufa bicolor (Sparman dalam Alamendah,2010).
Jelarang (Ratufa bicolor) biasanya disebut sebagai bajing raksasa. Hal ini disebabkan jelarang termasuk anggota bajing pohon (tree squirrel) atau bajing dari genus Ratufa yang mempunyai ukuran besar. Panjang tubuhnya antara 35- 60 cm. Ditambah ekor yang panjangnya dapat mencapai 120 cm. Selain ukurannya yang raksasa jelarang dikenali dengan ekornya yang  panjang. Selain itu binatang ini mempunyai bulunya yang berwarna coklat tua hingga hitam dengan bagian bawah (perut dan dada) berwarna putih.
4.1.2. Penyebaran
Satwa ini mendiami hutan tropis dan subtropis di kawasan Asia hingga ketinggian 1.400 meter dpl. Jelarang ditemukan hidup di Bangladesh, Bhutan, Kamboja, Cina, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Thailand, Vietnam. Di Indonesia, jelarang hidup di Kepulauan Mentawai, Sumatera, Belitung, Panaitan, Jawa dan Bali.
Jelarang merupakan hewan diurnal (beraktifitas di siang hari) dan arboreal. Meskipun terkadang binatang ini juga turun dari pepohonan untuk mencari makanan di tanah. Satwa soliter ini menyukai biji-bijian, daun dan buah-buahan sebagai makanan favoritnya. Populasi jelarang (Ratufa bicolor) tidak diketahui dengan pasti, namun diduga populasi secara global telah mengalami penurunan yang signifikan. Selama 10 tahun terakhir mengalami penurunan populasi sekitar 30% (Alamendah,2010).
4.1.3. Sistem Reproduksi
Populasi jenis satwa untuk dapat lestari sangat ditentukan kemampuan satwa untuk berkembang biak yang dipengaruhi oleh struktur populusi (populasi, kepadatan, sex ratio, stratifikasi umur) dan kondisi kualitas dan kuantitas lingkungannya (Alikodra. 1979).
Jelarang merupakan satwaliar soliter atau hidup sendiri. Tetapi pada saat musim kawin tiba jelarang akan berpasangan dan akan membangun sarang besar seukuran sarang elang.
Fertilisasi atau Pembuahan
Jelarang jantan dan betina memiliki alat kelamin luar, sehingga pembuahannya bersifat internal. Sebelum terjadi pembuahan internal, jelarang jantan mengawini jelarang betina dengan cara memasukkan alat kelamin jantan (penis) ke dalam liang alat kelamin betina (vagina). Ovarium menghasilkan ovum yang kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju uterus. Setelah uterus, terdapat serviks (liang rahim) yang berakhir pada vagina.
Testis berisi sperma, berjumlah sepasang dan terletak dalam skrotum. Sperma yang dihasilkan testis disalurkan melalui vas deferens yang bersatu dengan ureter. Pada pangkal ureter juga bermuara saluran prostat dari kelenjar prostat. Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang merupakan media tempat hidup sperma.
Perkembangan embrio
Sperma yang telah masuk ke dalam serviks akan bergerak menuju uterus dan oviduk untuk mencari ovum. Ovum yang telah dibuahi sperma akan membentuk zigot yang selanjutnya akan menempel pada dinding uterus. Zigot akan berkembang menjadi embrio dan fetus. Selama proses pertumbuhan dan perkembangan zigot menjadi fetus, zigot membutuhkan banyak zat makanan dan oksigen yang diperoleh dari uterus induk dengan perantara plasenta (ari-ari) dan tali pusar (Gurungeblok,2008).

Lama kebuntingan dan Jumlah anak
Jelarang betina memiliki 3 (tiga) pasang puting susu dan mengalami bunting akhir selama 28 hari dan melahirkan anak setiap tahunnya satu sampai dua kali tetapi masa kebuntingan itu belum dapat diketahui. Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan pemah ditemukan dalam satu sarang terdapat tiga anak Jelarang. Anak jelarang ini memiliki wama tubuh kuning kecoklatan dengan garis  hitam membujur dari arah kepala sampai belakang (Faridah. I, 1999).

4.2. Anis Kembang (Zoothera interpres)
4.2.1 Taksonomi
Kelas               : Aves
Subkelas         : Carinatae
Ordo               : Passeriformes
Subordo         : Passeri
Genus             : Zoothera
Species            : Zoothera interpres
Ciri umum dari burung Anis kembang dapat ditunjukkan oleh beberapa daerah. Disebutkan misalnya, anis kembang Tasikmalaya (Jawa Barat) memiliki warna trotol pada bagian dada yang tidak ngeblok atau cenderung beraturan (bercorak), sementara bulu putih pada sayapnya terputus-putus seperti sisir. Biasanya anis kembang asal Jawa Barat cenderung doyan betina.
Anis kembang Sumbawa (Nusa Tenggara) warna trotol pada bagian dadanya terlihat ngeblok dan cenderung tidak beraturan, sementara bulu putih pada sayap tertata rapi membentuk bulatan-bulatan seperti mega. Bodi anis kembang Sumba lebih bongsor dibanding dengan Jawa Barat dan Borneo. Sementara itu ciri anis kembang Kalimantan (Borneo) adalah warna trotol pada bagian dada terlihat ngeblok atau cenderung tidak beraturan, terdapat warna bulu kuning kecoklatan berbaur warna trotol hitam pada bulu dada hingga sisi kiri dan kanan di bawah bulu sayap mirip spt anis kembang remaja. Sementara warna putih pada sayap membentuk bulatan-bulatan sepert mega dan terputus oleh bulu hitam di bagian bawah. Bodi anis kembang Kalimantan relatif lebih kecil dari dan ramping ketimbang Jawa Barat dan Nusa Tenggara (Anonim, 2010).
4.2.2 Reproduksi
Kelompok burung Anis kembang merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok burung tidak memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka.
Pada Anis kembang betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium kanan tidak tumbuh sempurna dan tetap kecil yang disebut rudimenter. Ovarium dilekati oleh suatu corong penerima ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung oviduk membesar menjadi uterus yang bermuara pada kloaka. Pada burung Anis kembang jantan terdapat sepasang testis yang berhimpit dengan ureter dan bermuara di kloaka.
Fertilisasi atau Pembuahan
Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma masuk ke dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum yang telah dibuahi sperma akan dikelilingi oleh materi cangkang berupa zat kapur. Telur dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk akan membantu pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak burung menetas dengan memecah kulit telur dengan menggunakan paruhnya. Anak burung yang baru menetas masih tertutup matanya dan belum dapat mencari makan sendiri, serta perlu dibesarkan dalam sarang (Anonim, 2010).
Umur dewasa kelamin adalah siklus reproduksinya.
Hal ini menunjukkan bahwa umur berapa burung mulai nenunjukkan aktivitas seksualnya. Sedangkan siklus reproduksi adalah berapa minggu atau bulan sekali burung brtelur atau satu bulan bertelur berapa kali. Juga perlu diketahui apakah siklus repoduksinya berdasarkan siklus waktu atau dipengaruhi oleh musim. Ini diperlukan untuk memprediksi dan mengetahui efisiensi produksinya sekaligus menyusun susunan makanan dan beberapa vitamin. Pada waktu menjelang dewasa kelamin atau menjelang bertelur, burung membutuhkan makanan dengan kadar protein yang lebih rendah dari biasanya.
Perilaku kawin
Sistem perkawinan pada Anis kembang bersifat monomorphisme, sehingga penampilan fisik antara jantan dan betina tidak ada bedanya, meskipun sebenarnya susunan sistem reproduksi yang ada di dalam rongga perutnya berbeda antara jantan dan betina. Anis jantan memiliki testis sebagai organ penghasll spermatozoa dan anis merah betina memiliki ovarium organ penghasil sel telur. Burung Anis yang berjenis kelamin jantan dan betina sama-sama memiliki kemampuan untuk berkicau dan bergaya teler, karena perilaku tersebut merupakan tanda bahwa burung tersebut sudah mencapai umur akil balik yang sedang menunjukkan gejala birahi.
Waktu Birahi
 Umur akil balik atau masa birahi pada anis kembang antara 5 sampai 7 bulan sehingga pada umur tersebut, burung yang dirawat dengan baik akan menunjukkkan gejala birahi berupa rajin berkicau dan teler bergoyang. Jika anis yang berumur sekitar 9 bulan dan belum menunjukkan gejala akil balik atau birahi berupa berkicau atau teler dapat disebabkan karena sistem organ reproduksi burung tersebut tidak berkembang dengan sempurna(Awing,2011).

4.3. Labi-labi antipa (Pelochelys cantorii)
http://images.cheloniapolys.multiply.com/image/zZmWU2nA6Wwd3W6Gx+1b5A/photos/1M/300x300/494/3.jpg?et=ZT0tkqDDWCuJW6IX67JBTQ&nmid=04.3.1. Taksonomi
Filum               : Chordata
Sub Filum        : Vertebrata
Klas                 : Reptilia
Ordo                : Testudinata
Sub Ordo        : Cryptodine
Family             : Trionichydae
Genus              : Trionyx
Species            :Pelochelys cantorii
Nama lain ; Inggris (The black rafed soft shell), Indonesia (kuya, bulus, labi-labi,
kura-kura air tawar); China (pio, chia).
DiIndonesia reptile jenis ini memiliki wilayah persebaran di Papua, Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Ciri umum Labi-labi antipa ini yaitu memiliki kepala lebar dan mata kecil dekat dengan hidung 'snout' yang panjang, matanya hitam bulat; tempurung terdiri dari tulang lunak bulat pipih dan lebar berwarna olive dan berbintik-bintik abu-abu. Plastron putih polos (Fikrie,2011).
Labi-labi hidup di alam seperti rawa-rawa, danau, sungai dan dapat pula hidup di  kolam yang suhu airnya berkisar 25-30o C. Habitat yang disukai adalah perairan tergenang dengan dasar perairan lumpur berpasir , terdapat batu-batuan dan tak terlalu dalam. Labi-labi biasanya tak hanya tinggal di dasar perairan, tetapi terkadang nampak di atas batu-batuan untuk berjemur. Labi-labi biasanya menyukai perairan yang banyak dihuni oleh hewan air (molusca, ikan, crustacea dan lain-lain) serta pada permukaan airnya terdapat tumbuh-tumbuhan air seperti enceng gondok, salvinia, monochorida, teratai dan lain-lainnya karena dapat menjadi bahan makanan di dalam air (Tim Budidaya labi-labi,2010).
Menurut Tim Budidaya Labi-labi (2010), kebiasaan berjemur labi-labi merupakan salah satu kebutuhan hidup. Dengan berjemur matahari membuat semua air pada cangkang atas dan bawahnya terjemur kering, sehingga lumut, jamur, parasit yang menempel pada permukaan badannya dapat kering dan terkelupas. Bila tidak berjemur, maka bulus akan  mudah terserang penyakit atau mendapat gangguan fisiologis.
4.3.2. Sistem Reproduksi
Labi-labi berkembang biak dengan bertelur (ovivar). Alat reproduksi labi-labi jantan berupa penis yang terletak pada dinding ventral rotodenum dan pembuahan dilakukan secara internal. Untuk membedakan labi-labi jantan dan betina secara mudah dapat dilihat dari bentuk ekor.
Pada labi-labi jantan bentuk ekor memanjang sehingga ujungnya
banyak terlihat diluar cangkangnya, Sebaliknya pada labi-labi betina bentuk ekor lebih pendek sehingga tidak tampak di luar cangkangnya.

Breeding age atau Usia produktif
Labi-labi jenis Antipa ini diperkirakan memiliki pertumbuhan 
maksimum mencapai ukuran 200 cm dengan berat 50 kg.  Usia reproduksi aktif saat berumur 20 tahun (Fikrie,2011).
Masa Bertelur
Kematangan gonad biasanya terjadi pada bulan Mei dan Juni pada saat temperatur air berkisar 20o C, dua minggu kemudian betina akan memijah dan kemudian bertelur di darat di tempat yang berpasir. Pada saat labi-labi betina akan bertelur biasanya dengan kaki belakang akan menggali lubang sedalam 20 cm, untuk menyimpan telur yang baru dikeluarkan ke dalam lubang tersebut. Sebelum induknya kembali ke air, lubang tersebut ditutup kembali dengan pasir. 
Labi-labi betina bertelur 3-4 kali dalam setahun dengan interval waktu 2-3 minggu. Sekali bertelur jumlahnya 10 - 30 butir. Bentuk telurnya bulat berwarna putih kekuningan atau krem dengan garis tengah berkisar antara 1,5 – 2 cm dengan berat rata-rata 5 gram dengan tekstur bagian luar relatif keras. Telur akan menetas menjadi tukik setelah 45 - 60 hari (Gurungeblog,2008). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar