Rabu, 09 November 2011

Reproduksi Jelarang (Ratufa bicolor) dan Anis kembang


post by: Debora Fretty Marpaung
4.1. Jelarang (Ratufa bicolor)
Jelarang (Ratufa bicolor) bajing raksasa4.1.1 Takonomi
Kerajaan          : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Mammalia
Ordo                : Rodentia
Famili              : Sciuridae                                                                           
Genus              : Ratufa
 Spesies           : Ratufa bicolor (Sparman dalam Alamendah,2010).
Jelarang (Ratufa bicolor) biasanya disebut sebagai bajing raksasa. Hal ini disebabkan jelarang termasuk anggota bajing pohon (tree squirrel) atau bajing dari genus Ratufa yang mempunyai ukuran besar. Panjang tubuhnya antara 35- 60 cm. Ditambah ekor yang panjangnya dapat mencapai 120 cm. Selain ukurannya yang raksasa jelarang dikenali dengan ekornya yang  panjang. Selain itu binatang ini mempunyai bulunya yang berwarna coklat tua hingga hitam dengan bagian bawah (perut dan dada) berwarna putih.
4.1.2. Penyebaran
Satwa ini mendiami hutan tropis dan subtropis di kawasan Asia hingga ketinggian 1.400 meter dpl. Jelarang ditemukan hidup di Bangladesh, Bhutan, Kamboja, Cina, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Thailand, Vietnam. Di Indonesia, jelarang hidup di Kepulauan Mentawai, Sumatera, Belitung, Panaitan, Jawa dan Bali.
Jelarang merupakan hewan diurnal (beraktifitas di siang hari) dan arboreal. Meskipun terkadang binatang ini juga turun dari pepohonan untuk mencari makanan di tanah. Satwa soliter ini menyukai biji-bijian, daun dan buah-buahan sebagai makanan favoritnya. Populasi jelarang (Ratufa bicolor) tidak diketahui dengan pasti, namun diduga populasi secara global telah mengalami penurunan yang signifikan. Selama 10 tahun terakhir mengalami penurunan populasi sekitar 30% (Alamendah,2010).
4.1.3. Sistem Reproduksi
Populasi jenis satwa untuk dapat lestari sangat ditentukan kemampuan satwa untuk berkembang biak yang dipengaruhi oleh struktur populusi (populasi, kepadatan, sex ratio, stratifikasi umur) dan kondisi kualitas dan kuantitas lingkungannya (Alikodra. 1979).
Jelarang merupakan satwaliar soliter atau hidup sendiri. Tetapi pada saat musim kawin tiba jelarang akan berpasangan dan akan membangun sarang besar seukuran sarang elang.
Fertilisasi atau Pembuahan
Jelarang jantan dan betina memiliki alat kelamin luar, sehingga pembuahannya bersifat internal. Sebelum terjadi pembuahan internal, jelarang jantan mengawini jelarang betina dengan cara memasukkan alat kelamin jantan (penis) ke dalam liang alat kelamin betina (vagina). Ovarium menghasilkan ovum yang kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju uterus. Setelah uterus, terdapat serviks (liang rahim) yang berakhir pada vagina.
Testis berisi sperma, berjumlah sepasang dan terletak dalam skrotum. Sperma yang dihasilkan testis disalurkan melalui vas deferens yang bersatu dengan ureter. Pada pangkal ureter juga bermuara saluran prostat dari kelenjar prostat. Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang merupakan media tempat hidup sperma.
Perkembangan embrio
Sperma yang telah masuk ke dalam serviks akan bergerak menuju uterus dan oviduk untuk mencari ovum. Ovum yang telah dibuahi sperma akan membentuk zigot yang selanjutnya akan menempel pada dinding uterus. Zigot akan berkembang menjadi embrio dan fetus. Selama proses pertumbuhan dan perkembangan zigot menjadi fetus, zigot membutuhkan banyak zat makanan dan oksigen yang diperoleh dari uterus induk dengan perantara plasenta (ari-ari) dan tali pusar (Gurungeblok,2008).

Lama kebuntingan dan Jumlah anak
Jelarang betina memiliki 3 (tiga) pasang puting susu dan mengalami bunting akhir selama 28 hari dan melahirkan anak setiap tahunnya satu sampai dua kali tetapi masa kebuntingan itu belum dapat diketahui. Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan pemah ditemukan dalam satu sarang terdapat tiga anak Jelarang. Anak jelarang ini memiliki wama tubuh kuning kecoklatan dengan garis  hitam membujur dari arah kepala sampai belakang (Faridah. I, 1999).

4.2. Anis Kembang (Zoothera interpres)
4.2.1 Taksonomi
Kelas               : Aves
Subkelas         : Carinatae
Ordo               : Passeriformes
Subordo         : Passeri
Genus             : Zoothera
Species            : Zoothera interpres
Ciri umum dari burung Anis kembang dapat ditunjukkan oleh beberapa daerah. Disebutkan misalnya, anis kembang Tasikmalaya (Jawa Barat) memiliki warna trotol pada bagian dada yang tidak ngeblok atau cenderung beraturan (bercorak), sementara bulu putih pada sayapnya terputus-putus seperti sisir. Biasanya anis kembang asal Jawa Barat cenderung doyan betina.
Anis kembang Sumbawa (Nusa Tenggara) warna trotol pada bagian dadanya terlihat ngeblok dan cenderung tidak beraturan, sementara bulu putih pada sayap tertata rapi membentuk bulatan-bulatan seperti mega. Bodi anis kembang Sumba lebih bongsor dibanding dengan Jawa Barat dan Borneo. Sementara itu ciri anis kembang Kalimantan (Borneo) adalah warna trotol pada bagian dada terlihat ngeblok atau cenderung tidak beraturan, terdapat warna bulu kuning kecoklatan berbaur warna trotol hitam pada bulu dada hingga sisi kiri dan kanan di bawah bulu sayap mirip spt anis kembang remaja. Sementara warna putih pada sayap membentuk bulatan-bulatan sepert mega dan terputus oleh bulu hitam di bagian bawah. Bodi anis kembang Kalimantan relatif lebih kecil dari dan ramping ketimbang Jawa Barat dan Nusa Tenggara (Anonim, 2010).
4.2.2 Reproduksi
Kelompok burung Anis kembang merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok burung tidak memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka.
Pada Anis kembang betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium kanan tidak tumbuh sempurna dan tetap kecil yang disebut rudimenter. Ovarium dilekati oleh suatu corong penerima ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung oviduk membesar menjadi uterus yang bermuara pada kloaka. Pada burung Anis kembang jantan terdapat sepasang testis yang berhimpit dengan ureter dan bermuara di kloaka.
Fertilisasi atau Pembuahan
Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma masuk ke dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum yang telah dibuahi sperma akan dikelilingi oleh materi cangkang berupa zat kapur. Telur dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk akan membantu pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak burung menetas dengan memecah kulit telur dengan menggunakan paruhnya. Anak burung yang baru menetas masih tertutup matanya dan belum dapat mencari makan sendiri, serta perlu dibesarkan dalam sarang (Anonim, 2010).
Umur dewasa kelamin adalah siklus reproduksinya.
Hal ini menunjukkan bahwa umur berapa burung mulai nenunjukkan aktivitas seksualnya. Sedangkan siklus reproduksi adalah berapa minggu atau bulan sekali burung brtelur atau satu bulan bertelur berapa kali. Juga perlu diketahui apakah siklus repoduksinya berdasarkan siklus waktu atau dipengaruhi oleh musim. Ini diperlukan untuk memprediksi dan mengetahui efisiensi produksinya sekaligus menyusun susunan makanan dan beberapa vitamin. Pada waktu menjelang dewasa kelamin atau menjelang bertelur, burung membutuhkan makanan dengan kadar protein yang lebih rendah dari biasanya.
Perilaku kawin
Sistem perkawinan pada Anis kembang bersifat monomorphisme, sehingga penampilan fisik antara jantan dan betina tidak ada bedanya, meskipun sebenarnya susunan sistem reproduksi yang ada di dalam rongga perutnya berbeda antara jantan dan betina. Anis jantan memiliki testis sebagai organ penghasll spermatozoa dan anis merah betina memiliki ovarium organ penghasil sel telur. Burung Anis yang berjenis kelamin jantan dan betina sama-sama memiliki kemampuan untuk berkicau dan bergaya teler, karena perilaku tersebut merupakan tanda bahwa burung tersebut sudah mencapai umur akil balik yang sedang menunjukkan gejala birahi.
Waktu Birahi
 Umur akil balik atau masa birahi pada anis kembang antara 5 sampai 7 bulan sehingga pada umur tersebut, burung yang dirawat dengan baik akan menunjukkkan gejala birahi berupa rajin berkicau dan teler bergoyang. Jika anis yang berumur sekitar 9 bulan dan belum menunjukkan gejala akil balik atau birahi berupa berkicau atau teler dapat disebabkan karena sistem organ reproduksi burung tersebut tidak berkembang dengan sempurna(Awing,2011).

4.3. Labi-labi antipa (Pelochelys cantorii)
http://images.cheloniapolys.multiply.com/image/zZmWU2nA6Wwd3W6Gx+1b5A/photos/1M/300x300/494/3.jpg?et=ZT0tkqDDWCuJW6IX67JBTQ&nmid=04.3.1. Taksonomi
Filum               : Chordata
Sub Filum        : Vertebrata
Klas                 : Reptilia
Ordo                : Testudinata
Sub Ordo        : Cryptodine
Family             : Trionichydae
Genus              : Trionyx
Species            :Pelochelys cantorii
Nama lain ; Inggris (The black rafed soft shell), Indonesia (kuya, bulus, labi-labi,
kura-kura air tawar); China (pio, chia).
DiIndonesia reptile jenis ini memiliki wilayah persebaran di Papua, Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Ciri umum Labi-labi antipa ini yaitu memiliki kepala lebar dan mata kecil dekat dengan hidung 'snout' yang panjang, matanya hitam bulat; tempurung terdiri dari tulang lunak bulat pipih dan lebar berwarna olive dan berbintik-bintik abu-abu. Plastron putih polos (Fikrie,2011).
Labi-labi hidup di alam seperti rawa-rawa, danau, sungai dan dapat pula hidup di  kolam yang suhu airnya berkisar 25-30o C. Habitat yang disukai adalah perairan tergenang dengan dasar perairan lumpur berpasir , terdapat batu-batuan dan tak terlalu dalam. Labi-labi biasanya tak hanya tinggal di dasar perairan, tetapi terkadang nampak di atas batu-batuan untuk berjemur. Labi-labi biasanya menyukai perairan yang banyak dihuni oleh hewan air (molusca, ikan, crustacea dan lain-lain) serta pada permukaan airnya terdapat tumbuh-tumbuhan air seperti enceng gondok, salvinia, monochorida, teratai dan lain-lainnya karena dapat menjadi bahan makanan di dalam air (Tim Budidaya labi-labi,2010).
Menurut Tim Budidaya Labi-labi (2010), kebiasaan berjemur labi-labi merupakan salah satu kebutuhan hidup. Dengan berjemur matahari membuat semua air pada cangkang atas dan bawahnya terjemur kering, sehingga lumut, jamur, parasit yang menempel pada permukaan badannya dapat kering dan terkelupas. Bila tidak berjemur, maka bulus akan  mudah terserang penyakit atau mendapat gangguan fisiologis.
4.3.2. Sistem Reproduksi
Labi-labi berkembang biak dengan bertelur (ovivar). Alat reproduksi labi-labi jantan berupa penis yang terletak pada dinding ventral rotodenum dan pembuahan dilakukan secara internal. Untuk membedakan labi-labi jantan dan betina secara mudah dapat dilihat dari bentuk ekor.
Pada labi-labi jantan bentuk ekor memanjang sehingga ujungnya
banyak terlihat diluar cangkangnya, Sebaliknya pada labi-labi betina bentuk ekor lebih pendek sehingga tidak tampak di luar cangkangnya.

Breeding age atau Usia produktif
Labi-labi jenis Antipa ini diperkirakan memiliki pertumbuhan 
maksimum mencapai ukuran 200 cm dengan berat 50 kg.  Usia reproduksi aktif saat berumur 20 tahun (Fikrie,2011).
Masa Bertelur
Kematangan gonad biasanya terjadi pada bulan Mei dan Juni pada saat temperatur air berkisar 20o C, dua minggu kemudian betina akan memijah dan kemudian bertelur di darat di tempat yang berpasir. Pada saat labi-labi betina akan bertelur biasanya dengan kaki belakang akan menggali lubang sedalam 20 cm, untuk menyimpan telur yang baru dikeluarkan ke dalam lubang tersebut. Sebelum induknya kembali ke air, lubang tersebut ditutup kembali dengan pasir. 
Labi-labi betina bertelur 3-4 kali dalam setahun dengan interval waktu 2-3 minggu. Sekali bertelur jumlahnya 10 - 30 butir. Bentuk telurnya bulat berwarna putih kekuningan atau krem dengan garis tengah berkisar antara 1,5 – 2 cm dengan berat rata-rata 5 gram dengan tekstur bagian luar relatif keras. Telur akan menetas menjadi tukik setelah 45 - 60 hari (Gurungeblog,2008). 

ANALISIS POPULASI RUSA TOTOL (Axis axis Erxl 1788) DI HALAMAN ISTANA BOGOR

Debora Fretty, Agrini vera, Rima Febria, M. irkham
Abstrak
Rusa totol (Axis axis) satwa yang memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi dan potensi untuk dimanfaatkan. Rusa totol yang berada di halaman Istana Bogor dinilai memeberi keindahan Istana sekaligus memberi pendidikan. Parameter demografi dari rusa ini menjadi salah satu factor yang perlu diperhatikan untuk tetap menjamin keberlanjutan populasi dan daya dukung lingkunganya. Selain itu, kondisi rusa merupakan factor penting dalam pengembangan populasi. Perbandingan kelas umur dan jenis kelamin mempengaruhi perubahan dan laju pertumbuhan populasi. Daya dukung lingkungan mencakup ketersediaan pakan, cover, shelter. Laju pertumbuhan merupakan model logistik yang dapat dilihat dari pendekatan pertambahan populasi.
Kata kunci : Rusa, parameter demografi, populasi, laju pertumbuhan, pakan 



PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rusa totol (Axis axis) merupakan salah satu satwa yang memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi. Satwa ini dipelihara dan berkeliaran di Istana Bogor. Sepintas keberadaan satwa ini dapat dikatakan untuk memperindah halaman istana Bogor. Namun, disamping itu satwa ini memiliki potensi besar untuk dilakukan sebagai studi dari berbagai aspek pendidikan. Satwa ini berkembang baik di lokasi istana disebabkan karena lokasi memiliki vegetasi yang sesuai dengan habitat rusa totol.
Jumlah awal rusa totol di halaman Istana Bogor sebanyak 3 (tiga) pasang dan berfungsi sebagai sarana keindahan alam.  Rusa totol tersebut didatangkan ke Indonesia oleh Pemerintah Inggris pada tahun 1811 dari India. Seiring dengan berjalannya waktu,




pertumbuhan satwa ini semakin berkembang yang mengakibatkan populasi rusa totol di Istana Bogor semakin meningkat pula. Namun, hal ini tidak diimbangi dengan peningkatan kuantitas dan kualitas habitatnya, maka dimungkinkan sudah terjadi kelebihan populasi sehingga pengelola istana melakukan penyaluran rusa tersebut ke berbagai penangkaran seperti kebun binatang, instansi pemerintah maupun badan swasta lainnya yang berniat menangkarkannya.
Untuk mengetahui perubahan populasi rusa totol di Istana, maka dilakukan kajian inventarisasi dalam hal ini pengamatan terhadap satwa tersebut. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data dan informasi yang terbaru. Selanjutnya data dan informasi dinamika populasi tersebut di analisis guna mendapat perbaharuanya. Data dan inventarisasi minimal yang harus dihasilkan mencakup: jumlah jenis dan individu, ukuran dan stuktur populasi, serta penyebaran dan pergerakan. Selain itu, analisis populasi ini juga membutuhkan parameter populasi lain yang mencakup kepadatan, natalitas, mortalitas, pertumbuhan, struktur umur, nisbah kelamin dan survival. Kondisi populasi satwa ini juga mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan atau peningkatan populasi. Hal ini dapat dilihat dari aspek kesehatan satwa dan cacat fisik.
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu :
1.    Mempelajari beberapa parameter populasi rusa totol (Axis axis)
2.    Menganalisa kondisi populasi rusa totol (Axis axis)
3.    Membandingkan laju pertumbuhan populasi rusa totol (Axis axis)

TINJAUAN PUSTAKA
Rusa Totol (Axis axis)
Rusa totol merupakan salah satu satwa yang memiliki banyak potensi dalam pemanfaatanya. Satwa ini memiliki sub ordo ruminansia dengan family cervinae (Widyastuti dalam Tim Pengendali Hutan, 2005).  Satwa ini memiliki kemampuan cepat dan mudah beradapatasi di berbagai habitat. Istana Bogor dilengkapi dengan halaman yang luas dan menjadi habitat rusa totol. Luas halaman Istana Bogor yang digunakan untuk mengelola rusa adalah 20 ha, sedangkan suhu rata-rata setiap bulan 26 derajat C dengan suhu terendah 21,8 derajat C dan suhu tertinggi 30,4 derajat C. Kelembapan udara kira-kira sebesar 70% (Witjaksono et al, 1986).
Vegetasi Istana Bogor
Vegetasi pohon yang berada di halaman Istana Bogor didominasi oleh beringin (Ficus benjamina), karet kebo (F. elastica), ki hujan (Samanea saman) dan mahoni (Swietenia mahagoni). Disamping itu terdapat jenis-jenis pohon yang jarang ditemui di Indonesia seperti Kigelia aethiopia, Spatodea campunulata dan Pentadesma butyrace. Vegetasi pohon ini memiliki luas penutupan tanah yang besar, dan merupakan komponen ruang hidup yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan rusa, terutama apabila dilihat fungsinya sebagai pelindung (cover) bagi rusa (Witjaksono et al, 1986).
Aktivitas harian rusa dipengaruhi oleh ketersediaan habitatnya. Sebagian besar rusa totol aktif pada pagi dan sore hari. Firmansyah, (2007) mengemukakan bahwa aktivitas makan pada rusa totol (Axis axis) berkurang pada siang hari dan digantikan dengan aktivitas mencari perlindungan dari terik matahari, beristirahat sambil memamah biak. Perilaku rusa merupakan suatu hal yang tetap dari hari kehari sehingga membentuk suatu pola pergerakan harian yang konstan. Lama mencari makan bervariasi antara 13 sampai dengan 18 jam per hari. Sedangkan waktu yang digunakan untuk beristirahat, memamah biak dan melakukan pergerakan lain bervariasi antara 6 sampai 11 jam per hari (Witjaksono et al, 1986 ). 
Parameter Populasi
Parameter populasi dilakukan untuk memperoleh informasi penting dalam kegiatan inventarisasi. Informasi penting tersebut diantaranya : jumlah total individu, ukuran dan struktur umur populasi, penyebaran dan pergerakan serta kondisi fisik. Kepadatan populasi sangat ditentukan oleh faktor – faktor kelahiran, kematian, emigrasi, dan imigrasi. Faktor – faktor ini disebabkan oleh adanya interaksi satwa dengan lingkungannya.
Struktur Umur
Struktur umur merupakan salah satu karakteristik yang penting untuk menganalisis dinamika populasi dan dapat dipergunakan untuk menilai keberhasilan perkembangbiakan satwaliar (Santosa et al, 2008). Sex ratio merupakan perbandingan antara jumlah individu jantan dan betina yang biasanya dinyatakan sebagai jumlah jantan dalam 100 ekor betina.
Sex Ratio
Sex ratio pada kelas umur anakan tidak dihitung karena data jenis kelamin tidak diambil pada kelas umur tersebut. Hal ini disebabkan jenis kelamin jantan dan betina untuk kelas umur anak masih sulit dibedakan (Alikodra, 2002).
Pertumbuhan Populasi
Pertumbuhan populasi pada awalnya rendah, lalu mencapai maksimal, dan kemudian menurun sampai akhirnya mencapai nol pada kondisi jumlah individu sama dengan daya dukung lingkunganya (membentuk kurva logistik). Akan tetapi pada kondisi lingkungan yang tidak terbatas, pertumbuhan populasi akan mengikuti bentuk kurva geometric (Alikodra, 1986). Untuk jenis rusa totol lama buntingnya 210-240 hari atau 7-8 bulan, umur termuda untuk melahirkan anak lebih cepat yakni 1,5-2 tahun dengan masa pemeliharaan anak 4-5 bulan (Firmansyah, 2007).
Pertumbuhan populasi rusa totol ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lahan atau habitat tempat bertumbuh dan berkembangnya rusa totol tersebut, hal ini berlaku juga pada satwa lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan  Alikodra, (1986) yang mengemukakan “satwa liar dapat hidup dan berkembang biak di dalam suatu lingkungan yang memenuhi persyaratan baik ditinjau dari segi kuantitas maupun kualitas. Komponen-komponen lingkungan ini sangat kompleks dan saling berkaitan erat dengan kondisi fluaktuasi lingkungan hidupnya”.

METODE PRAKTIKUM
Lokasi Dan Waktu
            Pengamatan dilakukan di Halaman Istana Bogor pada tanggal 21 September pukul 16.15-15.20WIB dan tanggal 28 September 2011 pukul 16.25-15.30WIB.
Alat Dan Bahan
            Bahan yang digunakan dalam pengamatan ini adalah Rusa totol (Axis axis). Sedangkan alat yang digunakan yaitu alat tulis, tallysheet, camera digital, binokuler, alat hitung (counter) dan jam tangan.
Jenis Data     
            Data primer yang akan dikumpulkan meliputi parameter demografi rusa totol (jumlah jantan dewasa, jumlah betina dewasa, jumlah remaja/muda, jumlah anakan, kepadatan, struktur umur, nisbah kelamin, dan kondisi fisik rusa). Sedangkan data sekunder yang diambil meliputi kondisi umum lokasi.
Metode Pengumpulan Data
            Data primer dalam pengamatan ini dilakukan dengan metode concentration count, dimana pengamat diam pada satu titik atau juring dan kemudian menghitung jumlah individu rusa dalam 4 (empat) kelas umur jantan dewasa, betina dewasa, remaja/muda dan anakan. Pengamatan ini dilakukan setiap 10 menit selama 1 (satu) jam. Pengamatan dilakukan selama 2 (dua) kali pengulangan. Perhitungan jumlah individu dilakukan serentak pada menit ke-10. Selain jumlah individu, kondisi fisik dari rusa juga ikut serta diamati yang mencakup kesehatan rusa.
            Data sekunder  dilakukan dengan mengamati kondisi umum lokasi baik secara langsung maupun melalui literatur atau studi pustaka lainnya.
 Analisis Data
Analisis data meliputi analisis terhadap berbagai factor yang terkait terhadap parameter demografi. Rumus yang digunakan antara lain :   
Kepadaatan populasi dihitung dengan menggunakan rumus (Fitriyanti, 1998 dalam Gertiasih et al, 2005)
D (Kepadatan populasi) =
Kematian atau mortalitas (M) dengan menggunakan rumus (Santosa et al, 2008)
Mx =
Keterangan : N(x,t) = Populasi kelas umur x pada waktu ke t
Laju pertumbuhan (R) dihitung dengan menggunakan rumus =
R =  ; (R-1) x 100%
Keterangan : Nt = Jumlah populasi pada tahun ke t.

HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Parameter Populasi Rusa totol (Axis axis)
Jumlah Populasi
            Jumlah populasi rusa totol (Axis axis) pada tahun 2011 (bulan september) di Halaman Istana Bogor diamati dengan memperhitungkan jumlah jantan dewasa, betina dewasa, remaja/muda dan anakan. Total populasi yang diperoleh dari pengamatan yang telah dilakukan selama 2 (dua) kali pengulangan yaitu sebanyak 921 individu dengan jumlah jantan dewasa 117 individu, jumlah betina dewasa sebanyak 360 individu, remaja/ muda sebanyak 310 individu dan anakan sebanyak 134 individu. Sedangkan jumlah populasi rusa totol pada tahun sebelumnya (2010) dilaporkan sebanyak 1804 individu dengan kelas umur jantan dewasa sebanyak 331 individu, betina dewasa sebanyak 625 individu, remaja/dewasa sebanyak 516 individu dan anakan sebanyak 305 individu. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan drastis jumlah populasi rusa totol di Istana Bogor pada tahun 2010 dengan tahun 2011. Dapat dilihat pada grafik 1
Grafik 1 Jumlah populasi pada tahun 2010 dan 2011
Keterangan : JD = Jantan Dewasa, BD = Betina Dewasa, R/M = Remaja/Muda, A = Anakan.
Berbeda halnya dengan populasi rusa yang dipaparkan dalam surat harian kompas 21 januari 2010 mengemukakan bahwa jumlah populasi rusa totol yang berada di Istana Bogor sebanyak 880 individu. Hal ini menunjukkan bahwa hasil pengamatan populasi rusa pada tahun 2010 dengan 2011 mengalami peningkatan.
Kepadatan Populasi
Kepadatan rusa totol tersebut dapat diperoleh dengan menghitung total jumlah individu yang terhitung terhadap luas Istana Bogor sebagai covernya. Diperoleh hasil kepadatan populsi rusa yaitu sebesar 33 ind/ha. Gertiasih et al, 2005 mengemukakan bahwa daya dukung halaman Istana Bogor untuk menampung rusa totol berkisar antara 169-286 ekor atau 8-13 ekor/ha. Hal ini menunjukkan bahwa populasi rusa pada tahun 2011 (bulan september) telah mengalami peningkatan yang dapat mengkhawatirkan kurangnya daya dukung halaman Istana Bogor untuk memenuhi kebutuhan pakan serta covernya. Kepadatan populasi ini juga dipengaruhi oleh produktivitas hijauan atau pakan yang dihasilkan serta factor-faktor yang menyangkut kualitas dan kuantitas lingkungan hidup satwa.
Struktur Populasi
Struktur poupulasi rusa totol yang ada di Istana Bogor diperoleh dari perbandingan kelas umur dewasa, remaja  dan anakan, 4 : 2 : 1. Perbandingan ini menunjukkan pertambahan populasi atau natalitas pada tahun 2011 masih rendah. Distribusi kelas umur didominasi oleh rusa dewasa, kemudian menyusul kelas remaja, dan anakan. Keadaan demikian dapat dikatakan pada kondisi yang tidak normal. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya angka kelahiran atau tingginya angka kematian individu pada kelas umur anak atau remaja. Selain itu, faktor pengalihan atau pemindahan rusa secara tidak merata ke tempat-tempat penangkaran lainnya juga mempengaruhi struktur  populasi rusa di Istana.
Nisbah Kelamin         
Nisbah kelamin merupakan perbandingan antara seks ratio. Hal ini menunjukkan banyaknya jantan terhadap jumlah betina yang terdapat pada Istana Bogor. Dari data yang tersedia diperoleh nisbah kelamin jantan dan betina yaitu 1 : 3. Hal ini menunjukkan bahwa rusa betina mendominasi halaman Istana Bogor.
2.  Kondisi Populasi Rusa Totol (Axis axis)
Kondisi Fisik  
Berdasarkan metode Riney dalam Alikodra, (1986) mengemukakan bahwa rusa dalam keadaan baik atau sehat ditandai dengan keadaan tungging dan ekor yang membulat atau tidak membentuk sudut. Jumlah rusa totol pada tahun 2011 (bulan september) yang berada dalam Istana Bogor adalah sebagian besar dalam keadaan baik. Hal ini dilihat dari keadaan tungging dan rusa yang membulat dan tidak membentuk sudut. Namun, terdapat beberapa kecacatan dan kondisi fisik rusa yang kurus. Terdapat 205 individu yang dalam keadaan tidak baik atau kurus dan 8 individu yang dalam keadaan cacat fisik. Kondisi ini disebabkan oleh peningkatan jumlah populasi rusa sedangkan daya dukung habitat dan pakannya dalam keadaan tetap. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gertiasih et al, 2005 bahwa populasi yang melebihi daya dukung mengakibatkan kondisi fisik rusa totol mengalami penurunan sampai pada kondisi fisik sedang hingga kurus, tetapi tidak mengakibatkan kematian yang tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 1 Kondisi Kesehatan/kecacatan Rusa totol di Halaman Istana Bogor
Kelas umur
Jumlah (ind)
Kesehatan
Kecacatan
Jantan Dewasa
7
Kurus

1

Tumor pada ranggah kiri
1

Pincang
1

Tanda pada telinga
Betina Dewasa
126
Kurus

2

Telinga sobek
1

Tanpa telinga kanan
Remaja/Muda
53
Kurus

1

Perut buncit
1

Luka dimulut
Anakan
19
Kurus

Kematian       
Kematian rusa totol pada tahun 2011 dapat diperoleh dengan membandingkan jumlah populasi pada tahun ini (2011) terhadap jumlah populsi pada tahun sebelumnya (2010). Hasil yang diperoleh yaitu kematian rusa pada tahun 2011 sebesar -883 ind. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan populasi rusa dari tahun 2010 sampai tahun 2011. Dari perolehan hasil dapat diketahui bahwa dalam 1 (satu) tahun terjadi penurunan rusa totol sebanyak 833 ind. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh angka natalitas (kelahiran) yang cukup rendah mengingat perbandingan struktur rusa Dewasa : Remaja : Anakan sebesar 4 : 2 : 1 sedangkan angka kematian yang tinggi. Selain itu pengalihan rusa totol ke tempat-tempat penangkaran lainnya dapat menjadi salah satu factor yang menjadikan jumlah populasi rusa menurun.
4.3 Laju Pertumbuhan Rusa Totol (Axis axis)       
Laju pertumbuhan rusa totol  merupakan model pertumbuhan populasi rusa yang dihitung dari ukuran populasi pada tahun 2011 dikurangi dengan ukuran pupulasi pada tahun awal/sebelumnya (2010) terhadap interval waktu. Kondisi ini ditentukan oleh pendekatan perubahan atau pertambahan jumlah total populasi rusa totol yang ada di Istana. Laju pertumbuhan rusa totol dihalaman Istana yaitu 0,51 dengan persentase -49%. Hal ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan rusa totol pada tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 0,51. Populasi rusa dari tahun 2010 sampai tahun 2011 (bulan september) tidak mengalami peningkatan, justru terjadi penurunan populasi yang drastis.